Tuesday, April 20, 2010

Dingin Malam Menyeru...~

Sebak kian menghilang,
Hilang dalam kelam malam,
Dalam mencari dalam kegelapan,
Tanpa suram bulan,
Tanpa kilau bintang.

Gadis ini temu tarinya,
Dalam hilang malam,
Di balik warna lelangit biru.

Tiada bintang; tidak apa.
Tiada bulan; tiada kisah

Langkah demi langkah aku atur,
Perlahan tetapi bermakna,
Terletak bersirat,
Terapung bersurat.

Malam membawa aku pergi,
Bayu malam bawa aku pergi,
Pergi dan pergi ke sana... sangat kelam, namun tetap bercahaya.

Cahaya itu membawa aku ke sang pelangi,
Wahai pelangi indah,
Tatap aku, mata aku.
Wahai sang pelangi,
dengar kata hatiku,
Khabarkan padaku.
Apa yang kau tahu.


"Wahai gadis," bicara Sang Pelangi;
"Tataplah aku tatakala kau perlukan aku.
Tidak aku butakanmu,
Tiada daya aku pekakkanmu." Lang lagi Sang Pelangi;


"Bawalah dirimu jauh dari Malam.
Benar malam itu indah.
Indah benar dikala angin menderu.
Membuai dingin sukma.
Malam itu adalah kesedihanmu.
Malam itu adalah dukamu.
Bila lagi mau kau lari dari keenakkan malam?"


Sang Pelangi memeluk Aku, "Betapa kami sayangkan kau,
Betapa kami segenap alam sayangkan kau,
Siang malam tiada bezanya untuk kau,
Itu dulu!
Siang dan malam punya bezanya kini,
Berpijak nyata di siang hari,
Terbuai indah di malam hari."


Dingin malam menyeru aku,
Memujuk aku kembali kepadanya.

Aku bisa kembali.
Untuk lena malam aku.
Bagi hilang sunyiku.
Bila kau menyeruu aku untuk merasa dingin malammu,
Aku pasti hadir,
Memabawa hati ini,
Untuk bercanda sama kau malam,
Di saat malam kau adalah dingin hingga ke sukma.
Tetapi,
Wahai malam yang dingin.
Hadirku tidak akan selalu.

Aku sudah punya Sang Pelangi nan indah.

0 comments:

Post a Comment